Senin, 27 Desember 2010

BAGAIMANA CARA IKHLAS.??

Assalamu'alaikum
pak ustadz..mau tanya
bagaimana cara
memelihara kesabaran
dan ikhlas?dan
bagaimana cara agar kita
selalu berpikiran positif
dan meyakinkan diri
sendiri bahwa kita bisa
dalam menghadapi
sesuatu?
16 September jam 21:32 ·
Suka
Tanya Jawab Masalah
Islam waalaikum salam,
wr,wb.
Tips Cara Melatih
kesabaran Kita
Menghadapi Berbagai
Situasi, Kondisi Dan
Toleransi
Setiap orang pasti ingin
memiliki kesabaran
tingkat tinggi. tetapi
bagaimana caranya agar
kita bisa bersabar ketika
sedang menunggu teman
yang sudah membuat
janji dengan kita tetapi
teman yang kita tunggu
tidak datang-datang?
untuk menumbuhkan
kesabaran yang kita
miliki ada beberapa kiat,
antara lain :
pertama
berpikir positif terhadap
hal-hal yang menimpa
kita. anggaplah itu
adalah ujian bagi kita dan
kita akan lulus ujian.
kedua
perbanyak membaca ilmu
pengetahuian. Hal ini
dilakukan agar kita bisa
memahami lebih banyak
tentang kekurangan yang
kita miliki, sehingga kita
akan semakin merasa
betapa banyaknya ilmu
pengatahuan yang belum
kita miliki.
ketiga
berkumpullah dengan
orang-orang yang banyak
ilmunya.
keempat
berlatih memasukkan
benang ke lubang jarum,
dan yang dipilih adalah
jarum yang ukuran paling
kecil.
kelima
maafkan selalu
kekurangan orang lain
yang mungkin membuat
Anda marah. yakinkan
diri bahwa setiap
manusia pasti memilki
kekurangan masing-
masing.
Dengan berpuasa, kita
harus bersabar dengan
rasa lapar dan haus yang
kita tanggung sejak pagi
hari hingga matahari
terbenam. Kita juga
harus bersabar dan
menahan lidah kita dari
mengucapkan yang tidak
baik atau marah-marah.
Jika ada yang mengajak
berkelahi, kita dianjurkan
untuk bersabar dan
menjelaskan kepada
orang itu bahwa kita
sedang berpuasa.
Saat berbuka puasa kita
juga dianjurkan bersabar
dan tidak menghabiskan
terlalu banyak makanan.
Kita juga dianjurkan
untuk memperbanyak
bacaan Al-Quran dan
shalat malam pada bulan
Ramadhan. Semuanya
membutuhkan kesabaran.
Istilah sabar sangat akrab
di telinga kaum Muslimin,
tetapi tidak semua orang
memahami dan
menghargai kesabaran.
Tidak jarang kesabaran
diidentikkan dengan
kelemahan dan
ketidakberdayaan. Orang
yang sabar kadang dilihat
sebagai orang yang
pengalah dan tak
berdaya. Padahal sabar
adalah sumber kekuatan.
Di dalam Al-Quran
dijelaskan bahwa satu
orang yang sabar mampu
mengalahkan sepuluh
lawan dalam
pertempuran, atau
setidaknya mereka
mampu menghadapi
lawan sebanyak dua kali
jumlah mereka (QS 8:
65-66). Ia juga merupakan
suatu anugerah yang
besar. Tentang ini
Rasulullah SAW bersabda,
"…dan tidaklah
seseorang itu diberi
sesuatu yang lebih baik
dan lebih lapang daripada
kesabaran." (Muttafaqun
Alaih)
Kesabaran merupakan
karakter yang sangat
mulia dan ia bisa diraih
dengan cara melatih dan
membiasakan diri
dengannya. Rasulullah
SAW pernah menjelaskan,
"…barang siapa yang
mensabar-sabarkan diri
(berusaha untuk sabar),
maka Allah akan
menjadikannya seorang
yang sabar …" (HR.
Bukhari). Bulan
Ramadhan merupakan
kesempatan yang besar
bagi seorang Muslim
untuk melatih kesabaran.
Ia dilatih untuk
mengontrol jiwanya dari
pengaruh hawa nafsunya.
Dengan begitu ia bisa
keluar dari bulan
Ramadhan sebagai
pribadi yang kuat dan
pandai mengendalikan
diri dan emosinya.
Sabar memiliki
pengertian yang luas.
Secara umum para ulama
menjelaskan bahwa sabar
memiliki tiga aspek, yaitu
sabar dalam menjalankan
perintah Allah, sabar
menahan diri dari yang
dilarang oleh-Nya, dan
sabar terhadap
ketetapan-Nya.
Menariknya, konsep
sabar juga mencakupi
hampir seluruh
pengertian kecerdasan
emosi (emotional
intelligence).
Dalam beberapa tahun
belakangan ini,
kecerdasan emosi sering
diperbincangkan dan
dianggap tidak kalah
penting, atau malah lebih
penting, dari kecerdasan
intelektual (IQ).
Kecerdasan emosi
dipercayai oleh sebagaian
ahli sebagai faktor yang
lebih penting dalam
menjamin kesuksesan
seseorang. Dan tidak
seperti IQ, kecerdasan
emosi bisa dilatih dan
dikembangkan.
Jika kita memperhatikan
penjelasan tentang
kecerdasan emosi,
ternyata konsep
kecerdasan ini juga
tercakup dalam konsep
kesabaran sebagaimana
akan dibahas nanti. Tapi
sebelumnya, marilah kita
perhatikan penjelasan
umum tentang
kecerdasan emosi
terlebih dahulu.
Apa yang dimaksud
dengan kecerdasan
emosi? Kapan dikatakan
seseorang memiliki emosi
yang cerdas? Setidaknya
ada dua ciri-ciri
kecerdasan emosi.
Pertama, seorang
dikatakan memiliki
kecerdasan emosi ketika
ia mampu mengendalikan
emosinya. Orang yang
tidak pandai
mengendalikan emosi,
atau orang yang sering
dikendalikan oleh
emosinya, merupakan
orang yang tidak cerdas
secara emosi.
Emosi memiliki banyak
bentuk. Ia bisa berupa
kemarahan, rasa takut,
rasa cinta atau keinginan
yang kuat, rasa cemas,
dan lain sebagainya.
Seorang yang tidak
pandai mengendalikan
emosi-emosi ini
merupakan orang yang
tidak cerdas secara
emosi.
Seorang yang memiliki IQ
tinggi tapi tidak pandai
mengontrol emosinya,
boleh jadi akan
menjumpai kegagalan
dalam hidupnya. Di
Amerika Serikat pernah
ada kasus di mana
seorang anak SMA
memiliki nilai sangat
bagus. Ia lulus dengan
nilai hampir semuanya
sembilan dan sepuluh.
Tapi ada satu mata
pelajaran di mana ia
mendapat nilai delapan
dan itu membuatnya
sangat gelisah.
Ia ingin masuk ke sebuah
universitas terbaik dan
nilai delapan itu
merupakan penghalang
bagi cita-citanya. Ia
mendatangi guru mata
pelajaran terkait dan
memohon agar bisa
menaikkan nilainya. Guru
tersebut menolak dan
menyatakan kalau
nilainya sudah final. Anak
ini begitu kecewa dan
frustrasi. Ia merasa
marah dan takut gagal. Ia
merasa kesal dengan
sang guru sampai
akhirnya ia menikam
guru itu dengan senjata
tajam.
Begitulah, anak dengan
nilai pelajaran begitu
tinggi, akhirnya
melanjutkan kariernya ke
penjara. Kasus ini
memperlihatkan betapa
kecerdasan emosi bisa
lebih menentukan
dibandingkan IQ dalam
menentukan kesuksesan
seseorang. Anak yang
cerdas tadi tidak pandai
mengendalikan emosinya,
dan ia pun akhirnya jatuh
dalam masalah yang
sangat serius.
16 September jam 21:48 ·
Suka · Hapus
Tanya Jawab Masalah
Islam Ciri-ciri pertama
dari kecerdasan emosi ini
sudah tercakup di dalam
konsep sabar menurut
Islam. Dalam sebuah
hadith yang diriwayatkan
oleh Abu Hurairah ra
dikatakan bahwa
Rasulullah SAW pernah
bersabda, "Orang yang
kuat bukanlah yang
pandai bergulat, namun
orang yang kuat adalah
orang yang memiliki
jiwanya ketika
marah." (HR. Bukhari).
Dengan kata lain, orang
yang kuat adalah orang
yang mampu
mengendalikan emosinya.
Walaupun Rasulullah
tidak secara khusus
menyebutkan kata sabar
di dalam hadith ini, tapi
para ulama menjelaskan
hadith ini dalam konteks
kesabaran. Orang yang
mampu mengendalikan
emosinya adalah orang
yang sabar. Ketika ia
berhadapan dengan
situasi yang
mendorongnya merespon
dengan emosi negatif,
maka dalam situasi
semacam itu ia tetap
mampu memilih respons
emosi yang positif.
Ini seperti yang
digambarkan oleh
Abdullah bin Mas'ud
ketika ia berkata,
"Seakan-akan aku
memandang Rasulullah
SAW menceritakan salah
seorang nabi, yang
dipukuli oleh kaumnya
hingga berdarah,
kemudian ia mengusap
darah dari wajahnya
seraya berkata, 'Ya Allah
ampunilah dosa kaumku,
karena sesungguhnya
mereka tidak
mengetahui." (HR.
Bukhari) Orang-orang
semacam ini adalah
orang-orang yang kuat,
orang-orang yang sabar,
dan orang-orang yang
memiliki kecerdasan
emosi tinggi.
Ciri yang kedua dari
kecerdasan emosi adalah
’ kemampuan dalam
menunda pemuasan.’
Orang yang cerdas
emosinya, memiliki
kemampuan untuk
menunda pemuasan
dirinya. Sementara orang
yang tidak cerdas secara
emosi, cenderung ingin
memuaskan dirinya
sesegera mungkin.
Orang-orang yang mau
menunda pemuasan
dirinya, melakukan hal
itu karena mereka ingin
mendapatkan kepuasan
yang lebih sempurna di
masa depan. Dan itu
hanya bisa dilakukan
dengan cara menunda
pemuasan yang ada saat
ini. Oleh karenanya,
orang yang cerdas secara
emosi memiliki potensi
lebih besar dalam meraih
keberhasilan dalam
hidup.
Mari kita ambil
permisalan. Seorang anak
memutuskan untuk
belajar dan menahan
keinginannya nonton TV
demi meraih keberhasilan
di masa depan. Nonton
TV merupakan kepuasan
yang segera. Namun
dengan menahan diri, ia
hendak meraih kepuasan
yang lebih besar lagi di
masa depan.
Seorang pekerja
memutuskan untuk hidup
hemat dan menabung,
walaupun sebenarnya ia
bisa menghabiskan
uangnya untuk membeli
makanan yang enak-enak
atau membeli berbagai
kesenangan lainnya. Itu
semua merupakan
pemuasan diri yang
segera. Namun ia
memutuskan untuk
menundanya demi
kepuasan yang lebih
besar. Ia menabung dan
setelah uangnya banyak
ia menginvestasikannya,
sehingga ia bisa meraih
penghasilan lebih besar
suatu saat nanti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar