Selasa, 21 Desember 2010

BAGAIMANA CARA MENGUJI KESABARAN KITA.??

Ada pendapat
ulama yang mengatakan
sabar lebih utama dari
syukur, dan ada juga yang
berpendapat syukur lebih
utama dari sabar.
Sementara itu Umar bin
Khattab berkata, “
Seandainya sabar dan
syukur itu berupa 2 ekor
unta, maka aku tidak
peduli mana diantaranya
yang akan aku naiki ”. Ini
berarti kedudukan sabar
dan syukur sama
pentingnya, juga seperti
sabda rasulullah SAW, ”
Pemberi makan yang
bersyukur ialah setingkat
dengan orang berpuasa
yang bersabar ” (Al
Bukhari, At Tirmidzi, Ibnu
Majjah). Meskipun dalam
Al Qur ’an lebih banyak
kita temukan ayat-ayat
tentang sabar dari pada
ayat-ayat tentang syukur,
namun dari sisi bobotnya
sama, misalnya :
” Apabila kamu bersyukur,
maka benar-benar akan
Aku tambah nikmat
(kepada kalian)
…” (Ibrahim: 7).
“Dan sesunggguhnya
Kami akan memberikan
balasan kepada orang-
orang yang bersabar
dengan pahala yang lebih
baik dari apa yang telah
kamu kerjakan ”. (An
Nahl: 96).
Sesungguhnya segala
sesuatu yang terjadi di
alam semesta ini tidak
terlepas dari Qodho
(Ketetapan) dan Qodar
(kehendak) Allah. Hal ini
sudah tercermin dalam
salah satu rukun iman
kita, yaitu percaya
kepada Qodho dan Qodar
Allah. Hanya dengan
sekedar percaya saja kita
sudah dapat dikatakan
beriman. Namun apakah
kita semua sudah cukup
puas hanya dengan
percaya saja? Tentunya
bila kita menginginkan
iman kita lebih baik lagi,
maka bukan hanya
mempercayainya saja,
namun kita menyikapi
qodho dan qodar itu
dengan bersabar dan
bersyukur.
“ Katakanlah: “Sekali-kali
tidak akan menimpa
kami, melainkan apa
yang telah ditetapkan
oleh Allah bagi kami.
Dialah pelindung kami,
dan hanya kepada Allah
orang-orang yang
beriman harus
bertawakal ”. (At
Taubah:51).
Ketetapan dan kehendak
Allah ada 2 jenis:
1. Ketetapan dan
kehendak Allah terhadap
diri kita dan alam
semesta
Terhadap diri kita dan
alam semesta dapat
berupa nikmat maupun
musibah. Kita tidak
pernah tahu sebelumnya
kapan nikmat dan
musibah tersebut akan
terjadi terhadap diri kita,
dan biasanya kita baru
dapat mengetahuinya
setelah kejadian, dan itu
yang disebut dengan
takdir. Namun takdir
yang akan terjadi
terhadap alam semesta
(sunnatullah = hukum
alam) dapat diprediksi
dengan menggunakan
kemajuan teknologi.
Sehingga manusia dapat
menghindarinya dari
musibah bencana alam.
Contoh: Halilintar,
tsunami, gempa bumi.
Bila menghadapi musibah
maka disunnahkan untuk
menyebut “Inna lillaahi
wa inna ilaihi roojiuun”
2. Ketetapan dan
kehendak Allah dari diri
kita
Yaitu berupa ketetapan
syar ’i yang tidak dapat
dirubah lagi oleh
manusia. Contoh: Aturan
sholat, haji, dll.
Bila semuanya sudah
menjadi ketentuan Allah
apa yang harus kita
perbuat? Yaitu dengan
doa, karena hanya
dengan do ’a kita dapat
memohon kepada Allah
agar dihindari dari segala
takdir yang buruk.
“ Aku mengabulkan
permohonan orang-orang
yang berdo ’a, apabila ia
memohon kepada-Ku,
hendaklah mereka itu
memenuhi (segala
perintah) Ku, dan
hendaklah mereka
beriman kepada-Ku, agar
mereka selalu dalam
kebenaran ” (Al Baqarah:
186)
Jadi pada hakekatnya
seluruh do ’a kita akan
dikabulkan Allah, namun
tergantung dari kita
apakah kita sudah
memenuhi segala
perintah-Nya atau belum.
Do ’a dapat Allah
kabulkan dalam beberapa
cara:
1. Dikabulkan secara
tunai.
2. Diganti dengan yang
lebih baik
3. Ditunda
4. Dibalas di akhirat
Sesungguhnya apapun
yang kita kerjakan maka
tidak akan mepengaruhi
kedudukan Allah. Kita
bersyukur manfaatnya
tidak kembali kepada
Allah, ingkar (kufur) juga
mudhorotnya tidak
kembali kepada Allah,
melainkan kepada kita
sendiri.
“ Jika kamu berbuat baik
(berarti) kamu berbuat
baik bagi dirimu sendiri,
dan jika kamu berbuat
jahat, maka (kejahatan)
itu bagi dirimu
sendiri. ” (Al Isra’: 7)
Bersyukur atas nikmat
adalah bukti bagi
lurusnya keimanan dalam
jiwa manusia. Dan orang
yang bersyukur kepada
Allah akan selalu
merasakan
muroqobatullah
(Kebersamaan Allah)
dalam mendayagunakan
kenikmatan-Nya, dengan
tidak disertai
pengingkaran, perasaan
menang dan unggul atas
makhluk lainnya, dan
penyalahgunaan nikmat.
Mensyukuri nikmat yaitu
dengan mengungkapkan
rasa kesyukuran dengan 3
azaz:
1. Mengakui di dalam
bathin
2. Mengucapkannya
dengan lisan,
3. Menggunakan nikmat
sesuai dengan kehendak
pemberi nikmat.
Manfaat syukur:
1. Mensucikan jiwa
2. Mendorong jiwa untuk
beramal sholeh dan
mendayagunakan
kenikmatan secara baik
melalui hal-hal yang
dapat
menumbuhkembangkan
kenikmatan tersebut.
3. Menjadikan orang lain
ridho dan senang kepada
jiwa itu dan kepada
pemiliknya, sehingga
mereka mau membantu
dan menolongnya.
4. Memperbaiki dan
melancarkan berbagai
bentuk interaksi dalam
sosial masyarakat,
sehingga harta dan
kekayaan yang dimiliki
dapat terlindung dengan
aman.
06 Desember jam 23:37 · Suka ·
Hapus
Tanya Jawab Masalah
Islam Pengertian sabar
adalah tabah hati tanpa
mengeluh dalam
menghadapi
godaan dan rintangan
dalam jangka waktu
tertentu dalam rangka
mencapai tujuan. Dalam
agama, sabar merupakan
satu diantara stasiun-
stasiun (maqamat)
agama, dan satu anak
tangga dari tangga
seorang salik dalam
mendekatkan diri kepada
Allah. Struktur maqamat
agama terdiri dari (1)
Pengetahuan (ma`arif)
yang dapat dimisalkan
sebagai pohon, (2) sikap
(ahwal) yang dapat
dimisalkan sebagai
cabangnya, dan (3)
perbuatan (amal) yang
dapat dimisalkan sebagai
buahnya. Seseorang bisa
bersabar jika dalam
dirinya sudah terstruktur
maqamat itu. Sabar bisa
bersifat fisik, bisa juga
bersifat psikis.
Karena sabar bermakna
kemampuan
mengendalikan emosi,
maka nama sabar
berbeda-beda tergantung
obyeknya.
1. Ketabahan
menghadaapi musibah,
disebut sabar,
kebalikannya adalah
gelisah (jaza`) dan keluh
kesah (hala`)
2. Kesabaran menghadapi
godaan hidup nikmat
disebut, mampu menahan
diiri (dlobth an Nafs),
kebalikannya adalah
tidak tahanan (bathar).
3. Kesabaran dalam
peperangan disebut
pemberani, kebalikannya
disebut pengecut
4. Kesabaran dalam
menahan marah disebut
santun (hilm),
kebalikannya disebut
pemarah (tazammur)
5. Sabar dalam
menghadapi bencana
yang mencekam disebut
lapang
dada,kebalikannya
disebut sempit dadanya.
6. Sabar dalam
mendengar gossip disebut
mampu
menyembunyyikan
rahasia(katum).
7. Sabar terhadap
kemewahan disebut
zuhud, kebalikannya
disebut
serakah, loba (al hirsh).
8. Sabar dalam menerima
yang sedikit disebut kaya
hati (qana`ah),
kebalikannya disebut
tamak, rakus (syarahun)
Ada tiga tingkatan orang
sabar :
1. Orang yang dapat
menekan habis dorongan
hawa nafsu hingga tidak
ada perlawanan
sedikitppun, dan orang
itu bersabar secara
konstan.
Mereka adalah orang
yang sudah mencapai
tingkat shiddiqin.
2. Orang yang tunduk
total kepada dorongan
hawa nafsunya sehingga
motivasi agama sama
sekali tidak dapat
muncul. Mereka
termasuk
kategori orang-orang
yang lalai (al ghofilun).
3. Orang yang senantiasa
dalam konflik antara
dorongan hawa nafsu
dengan dorongan
keberagamaan. Mereka
adalah orang yang
mencampuradukkan
kebenaran dengan
kesalahan.
Secara ppsikologis,
tingkatan orang sabar
dapat dibagi menjadi
tiga,
yaitu :
1. Orang yang sanggup
meninggalkan dorongan
syahwat. Mereka
termasuk kategori orang-
orang yang bertaubat (at
Taibin).
2. Orang yang ridla
(senang/puas) menerima
apapun yang ia terima
dari Tuhan, mereka
termasuk kategori zahid.
3. Orang yang mencintai
apapun yang diperbuat
Tuhan untuk dirinya,
mereka termasuk
kategori shidddiqin.Meski
sabar itu konotasinyya
positip, tetapi belum
tentu tepat. Oleh karena
itu hukum sabar terbagi
tiga, yaitu wajib, sunnat
dan makruh.Menyaksikan
anggauta keluarganya
terlibat maksiat
misalnya, bersabar dalam
arti tabah hati tanpa
mengeluh adalah makruh,
tetapi sabar ketika selalu
gagal dalam berusaha
memperbaiki mereka
adalah wajib.Kembali
kepada pengertian
sabar : tabah hati tanpa
mengeluh dalam
menghadapi rintangan
dalam jangka waktu
tertentu dalam rangka
mencapai tujuan, maka
kunci kesabaran adalah
kesadaarn atas tujuaan
yang ingin dicapai. Orang
yang lupa tujuan biasanya
tidak mampu
mengendalikan emosi
ketika menghadapi
keadaan yang tidak
mengenakkan.Tetapi
sabar juga ada batasnya,
oleh karena itu
kesabaran harus
selalu dievaluasi secara
dinamis. Kesabaran juga
biasanya berhubungan
erat dengan perasaan
syukur. Artinya orang
yang pandai berterima
kasih biasanya ia
penyabar, sedangkan
orang yang tidak
mengerti
berterima kasih (kufr
ni`mat) biasanya
emosinya mudah
digelitik.
Dalam usaha problem
solving menyangkut
berbagai urusan
kehidupan,
sabar merupakan
kekuatan yang sangat
besar dan efektip. Oleh
karena
itu al Qur ’an secara jelas
mengingatkan agar
dalam upaya memohon
pertolongan kepada
Tuhan, jangan lupa
membangun infrastruktur
psikologinya yang terdiri
dari kesabaran dan doa
(salat). Ya
ayyuhalladzina amanu
ista`inu bis sobri was
salat, innalloha ma`a as
sobirin (Q/2:153).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar